Dengan berakhirnya P5 Suara Demokrasi (Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua OSIS) dan P5 Gaya Hidup Berkelanjutan (Ecoprint) kemarin. Hari ini, Kamis, 28 Maret 2024, kegiatan P5 dilanjutkan lagi dengan semangat yang sama, namun kali ini dengan fokus pada P5 Kearifan Lokal (tahap aktualisasi) melalui Pembuatan Kain Sasirangan.
Kain Sasirangan, karya budaya khas Indonesia (Kalimantan Selatan), telah menjadi bagian dari identitas budaya. Pembuatan kain Sasirangan tidak hanya sekadar aktivitas kreatif, tetapi juga memiliki nilai-nilai mendalam yang tercermin dalam setiap motif dan pola yang dihasilkan. Melalui kegiatan ini, siswa kelas X diperkenalkan pada keindahan dan keunikan kain Sasirangan serta proses pembuatannya. Kain sasirangan yang dibuat adalah motif ikan todak dilaut, hasil kain sasirangan ini nanti akan digunakan untuk taplak meja dikelas.
Sebelum memulai kegiatan, guru fasilitator membagikan bahan-bahan yang akan digunakan. Mulai dari kertas khusus untuk membuat motif, kain yang akan dijadikan sasirangan, gambar pola yang akan dibuat, contoh kertas motif yang sudah jadi, hingga jarum dan benang. Para siswa juga diminta untuk membawa alat-alat seperti gunting, penghapus, pensil, dan penggaris sebagai persiapan.
Hari pertama kegiatan ini menjadi awal dari perjalanan menuju penyelesaian kain Sasirangan. Siswa diminta untuk membuat motif pada kertas khusus yang sudah disediakan terlebih dahulu.
Motif yang akan dibuat
Setelah motif selesai, mereka melanjutkan dengan menempel motif tersebut pada kain dan mulai membuat pola.
Proses selanjutnya adalah menjahit jelujur kain sesuai dengan pola yang telah dibuat. Tahap ini membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian agar kain Sasirangan dapat tercipta dengan baik. Setiap siswa ditemani oleh guru fasilitator masing-masing di dalam kelas, memberikan bimbingan dan arahan selama proses pembuatan.
Kegiatan ini bukan hanya sekadar pembelajaran keterampilan menjahit, tetapi juga memperkenalkan nilai-nilai kearifan lokal kepada para siswa. Mereka belajar menghargai keindahan seni tradisional Indonesia dan memahami betapa pentingnya melestarikan warisan budaya.
Selain itu, kolaborasi antara siswa dan guru dalam proses pembuatan kain sasirangan juga mempererat hubungan antargenerasi. Siswa belajar dari pengalaman dan pengetahuan guru, sementara guru juga dapat memahami lebih dalam perspektif siswa mengenai budaya dan seni.
Kegiatan pembuatan kain sasirangan ini tidak hanya menghasilkan karya seni yang indah, tetapi juga menciptakan pengalaman berharga bagi para siswa. Mereka belajar tentang kerjasama tim, ketelitian, kesabaran, dan menghargai keberagaman budaya.
Dengan melibatkan siswa dalam kegiatan yang mengangkat kearifan lokal seperti ini, sekolah memberikan kontribusi nyata dalam melestarikan budaya Indonesia. Pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga melalui pengalaman langsung yang mendalam seperti pembuatan kain sasirangan ini.
Diharapkan, melalui kegiatan seperti ini, generasi muda akan semakin mencintai dan melestarikan budaya Indonesia serta menjadi agen perubahan yang membawa nilai-nilai kearifan lokal ke dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam upaya memperkenalkan lingkungan sekolah dan program keahlian yang dimiliki, SMK...
Senin, 14 April 2025 — SMKN 1 Kotabaru hari ini secara serentak melaksanakan Uj...
Hari ini, Senin, 17 Maret 2025, SMKN 1 Kotabaru resmi memulai pelaksanaan Ujian Sekol...
Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan, SMKN 1 Kotabaru telah menggelar kegiatan ...
Komunitas Kreatif Pengembangan Wawasan (K2PW) sukses mengadakan program "BERDIRI" (Be...
Sebagai bagian dari implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) denga...
Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-20, SMAN 1 Pulau Sebuku, Kabupate...
SMK Negeri 1 Kotabaru kembali menunjukkan prestasi gemilang dalam ajang Kotabaru Drum...
*Ucapan Hari Guru* Di momen istimewa ini, kami ingin menyampaikan penghargaan yang s...
Dalam rangka meningkatkan kemampuan akademik siswa dalam memanfaatkan Teknologi Infor...